#TimeToReview - Perempuan Di Titik Nol


Judul Buku: Perempuan Di Titk Nol (Women at Point Zero)
Penulis : Nawal el - Saadawi
Pengantar : Mochtar Lubis
Penerjemah : Amir Sutaarga
Penerbit : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Cetakan : Ke 13, Maret 2018
Halaman : 176hlm, 11 x 17 cm
ISBN : 978-602-433-438-3

Sinopsis:
Dari balik sel penjara, Firdaus yang divonis gantung karena telah membunuh seorang germo, mengisahkan liku-liku kehidupannya. Dari sejak masa kecilnya di desa, hingga ia menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo. Ia menyambut gembira hukuman gantung itu. Bahkan dengan tegas ia menolak tegas grasi kepada presiden yang diusulkan oleh dokter penjara. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu satunya jalan menuju kebenaran sejati. Ironis.


-----------------

Novel ini didasari dari kisah nyata yang ditulis oleh Nawal el Saadawi yang merupakan seorang penulis feminis dari Mesir. 

Sejak kecil Firdaus mendapat perlakuan kasar ayahnya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, ia diasuh oleh pamannya yang kemudian menjodohkan Firdaus dengan lelaki yang sudah tidak muda lagi, dengan mengharap mas kawin sejumlah uang besar. Tak ada pilihan lain bagi Firdaus. Ia berharap kehidupannya lebih baik dan layak. Namun yang ia dapatkan adalah penderitaan akibat kekerasan rumah tangga. 

Suatu keadaanlah yang menjadikan Firdaus seorang wanita malam. Menurutnya, menjadi seorang pelacur lebih berharga ketimbang mereka yang berpegang teguh pada prinsip, berkoar mengatasnamakan keadilan, padahal mereka bersembunyi dibalik dusta. 

"Lelaki revolusioner yang berpegang pada prinsip-prinsip sebenarnya tidak dapat berbeda dari lelaki lainnya. Mereka mempergunakan kepintaran mereka, dnegan menukarkan prinsip mereka untuk mendapatkan apa yang dapat dibeli orang lain dengan uang. Revolusi bagi mereka tak ubahnya sebagai seks bagi kami. Sesuatu yang disalahgunakan. Sesuatu yang dapat dijual." (Hlm. 145)

Tidak memerlukan banyak waktu untuk menghabiskan buku ini, karna setiap membaca satu kalimat membuat saya ingin terus membaca kalimat berikutnya. 
Saya sangat menyukai tokoh Firdaus yang berani dalam segala hal. Ia berani menyatakan kebenaran dan berani untuk membela dirinya sendiri.  

"Barangkali sekarang kau akan percaya bahwa saya benar-benar mampu untuk membunuhmu, karena kau tidak lebih baik daripada seekor serangga, dan apa yang kau perbuat hanyalah menghabiskan uang beribu-ribu yang kau ambil dari rakyatmu yang mati kelaparan untuk diberikan kepada pelacur." (Hlm 166)

Sebuah novel penuh kritik terhadap budaya patriarki yang menjadikan wanita sebagai budak, jauh dari kata keadilan terhadap hak-hak perempuan. 

Menurut saya, buku ini sangat cocok dibaca bagi laki-laki maupun perempuan yang berumur setidaknya 17 tahun keatas. Meskipun bahasa yang digunakan masih sangat sopan, dan tidak vulgar. Tapi, kemungkinan akan memunculkan imajinasi-imajinasi lain ketika membaca. hihi

Selamat Membaca

Uci Aryati 


Komentar